Senin, 18 April 2011

Minggu, 17 April 2011

Bercinta dengan gigolo - 3

Aku ke kamar mandi supaya badan segar, kuguyurkan air hangat di sekujur tubuhku, kusiram rambutku yang tidak karuan bercampur bau sperma. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.30 malam ketika aku keluar dari kamar mandi. Kulihat mereka duduk di sofa, Rio dan Andre di sofa panjang sementara Hendra di sofa satunya, masih bertelanjang. Ketika aku datang hanya berbalut handuk, ranjang sudah dirapikan, entah apa rencana mereka, pikirku. Persetan yang penting aku dapat menikmati dan kuikuti permainannya.

Rupanya aku terlalu lama dan asyik mandi hingga tidak tahu kalau makanan datang dan sudah tersaji di meja. Aku merasa lapar, maklum habis selesai dengan Rio disambung sama Andre dan aku belum makan sejak tadi siang. Aku duduk di antara Rio dan Andre, yang kemudian disambut tarikan handuk pembalut tubuhku oleh Rio hingga terlepas. Keduanya langsung mencium pipiku kiri kanan dan kusambut remasan di kejantanan mereka yang agak menegang.

"Makan dulu yuk..!" ajakku langsung ke meja.
Kami berempat bertelanjang makan bersama sambil bercerita pengalaman mereka. Aku tidak berani makan terlalu banyak, takut kalau terlalu banyak bergoyang jadi sakit perut, yang penting tidak lapar dan dapat menambah energi nanti, sepertinya mereka melakukan hal yang sama.

Setelah istirahat selesai makan, kembali aku duduk di antara dua anak muda itu. Kali ini mereka langsung mencium leherku di kiri dan kanan sambil meremas-remas dadaku masing-masing satu. Hendra berdiri ke arah kami, dia meminta Rio berpindah tempat, dan dia langsung melakukan hal yang sama, menciumi leherku dan terus turun ke dada, sekarang Andre dan Hendra mengulum putingku di kiri dan kanan.

Rio tidak mau jadi penonton, dia langsung bejongkok di antara kakiku, melebarkannya dan lidahnya mulai menjelajah di vaginaku. Mungkin dia masih mencium aroma sperma Andre karena memang tidak kubersihkan, tapi dia tidak perduli, jilatan demi jilatan menjelajah di vaginaku, dipermainkannya vaginaku dengan lidah dan jari tangannya. Kenikmatan mulai kurasakan, foreplay dengan 3 orang sekaligus, akan mempercepat perjalanan menuju puncak kenikmatan birahi.

Dengan kemahiran permainan lidah Rio, aku sudah terbakar birahi, kepalanya kujepit dengan kedua kakiku supaya lebih merapat di selangkanganku. Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi, layu sebelum birahi.
"Sshh.., Rio masukin Sayang.., sekarang..!" pintaku di sela kuluman Andre dan Hendra di dadaku.

Tanpa menunggu kedua kalinya, Rio segera bangkit dan menyapukan kepala kejantanannya ke vaginaku, ternyata Andre mengikuti Rio, dia stand by di sampingnya sambil mementangkan kakiku lebar. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Rio langsung mengocokku cepat dan keras, aku langsung menggeliat kaget, tapi segera mulutku dibungkam dengan ciuman bibir oleh Hendra. Andre sambil memegangi kakiku, dia menjilati kedua jari kakiku secara bergantian. Aku ingin menjerit dalam kenikmatan tapi tidak dapat karena lidah Hendra masih menikmati bibirku.

Kocokan Rio bertambah cepat, iramanya susah ditebak karena terlalu banyak improvisasi, aku kewalahan mengikuti iramanya, disamping memang dia expert mempermainkan iramanya, dilain sisi aku juga sibuk menghadapi dua orang lainnya. Hendra minta aku mengulum kejantanannya, maka kusingkirkan Rio dari vaginaku, aku langsung jongkok di depan dia yang duduk di sofa, langsung mengulum penisnya yang sudah tegang.

Rio tidak mau menunggu lebih lama, dengan doggy style dia mulai memasuki vaginaku. Sodokan awal perlahan, tapi selanjutnya makin keras dan cepat. Andre, aku tidak tahu dimana posisi dia, tapi yang kutahu dia stand by di samping Rio. Kugoyang-goyangkan pantatku mengikuti irama Rio, makin lama makin terasa nikmatnya, cukup lama dia mengocokku dengan berbagai variasi gerakan hingga ketika puncak kenikmatan hampir kurengkuh, tiba tiba dia mencabut kejantanannya. Aku mau protes, tapi ketika kutengok ke belakang ternyata Andre sudah bersiap menggantikan posisi Rio, dan sekali dorong tanpa menunggu reaksiku amblaslah kejantanannya ke vaginaku.

Sekali lagi kurasakan perbedaan sensasi dari keduanya. Entahlah aku tidak dapat menentukan mana yang lebih nikmat. Andre langsung menggoyang sambil mengocokku dengan iramanya sendiri. Saat Andre sedang memacuku dengan cepat, tiba-tiba Hendra menyemprotkan spermanya di mulutku, terkaget juga aku, karena terkonsentrasi pada kocokan Andre hingga kurang memperhatikan ke Hendra. Kujilati sisa sperma di kejantanan dia yang tidak terlalu banyak.

Ternyata Rio sudah mengganti posisi Andre, kemudian mereka berganti lagi begitu seterusnya entah sudah berapa kali berganti menggilirku hingga aku sudah tidak dapat membedakan lagi apakah yang mengocok vaginaku Andre atau Rio, keduanya sama-sama nikmat. Mereka tidak memperdulikan sudah berapa kali puncak birahi sudah kurengkuh. Selama aku belum bilang stop, mereka akan terus memacuku ke puncak kenikmatan.

Entah sudah berapa lama dengan doggy style, lututku terasa capek. Aku merangkak naik ke sofa yang ditinggal Hendra, tetap dengan posisi doggy sofa mereka tidak memberiku kesempatan bernapas. Melayani satu Andre atau Rio saja aku sudah kewalahan, apalagi menghadapi mereka berdua secara bersamaan, dan mereka begitu kompak melayani birahiku. Berulang kali mereka mencoba memasukkan kejantanannya ke lubang anus, tapi selalu kutolak dan kutuntun kejantanannya kembali ke vaginaku.

Kunikmati sodokan demi sodokan dari belakang entah dari Rio atau Andre hingga tiba-tiba kurasakan perbedaan yang drastis, begitu kecil dan rasanya seperti hanya masuk separoh saja kocokannya. Aku menoleh kebelakang, ternyata Hendra ikut bergiliran dengan mereka. Ternyata mereka melakukan permainan. Ketika Hendra sedang mengocokku, Rio dan Andre mengundi siapa berikutnya, begitu juga ketika Rio menyodokku, Hendra dan Andre mengundi berikutnya, begitu seterusnya. Aku berharap supaya Hendra tidak pernah menang.

Waktu giliran ternyata ditentukan tidak lebih dari 3 menit untuk orang berikutnya, yang orgasme duluan harus merelakan diri jadi penonton. Entah sudah berapa lama berlangsung, lututku sudah lemas, tapi serangan dari belakang tidak menurun juga, aku heran juga ternyata Hendra dapat sedikit mengimbangi permainan Rio dan Andre. Dan benar dugaanku, tidak lama kemudian ketika si penis kecil sedang mengocokku, kurasakan denyutan-denyutan di dinding vaginaku dan kudengar teriakan Hendra pertanda dia orgasme. Kemudian kembali vaginaku berganti penghuni secara bergantian.

Mereka melakukannya dengan kompak, banyak lagi variasi yang dilakukan mereka kepadaku, baik di ranjang, di meja makan, sambil berdiri menghadap dinding, mereka lebih suka melakukan secara simultan. Ketika aku hampir menghentikan permainan, mereka memberi tanda supaya aku berjongkok di antara mereka dan dengan sedikit bantuan kuluman dan kocokan pada kejantanan mereka secara bergantian, akhirnya menyemprotlah sperma mereka secara hampir bersamaan. Semua memuncrat ke wajah, sebagaian masuk mulut hingga ke tubuhku. Aku sangat menikmati ketika semprotan demi semprotan menerpa wajah dan tubuhku, terasa begitu erotic.

Kami semua rebah di ranjang, jarum jam menunjukkan 01,30 dini hari, berarti sekitar dua jam bercinta dengan tiga orang sekaligus, sungguh permainan yang indah dan jauh memuaskan. Satu persatu tertidur kelelahan masih dalam keadaan telanjang.

Tidak lama mataku terpejam ketika kurasakan ciuman di mulutku, Andre yang sudah menindihku berbisik, "Boleh nggak aku minta lagi." bisiknya pelan di telingaku.
Tanpa menjawab, kubuka kakiku dan dengan mudahnya dia memasukkan kejantanannya ke dalam. Dengan goyangan perlahan seperti menikmati, ternyata tidak lama dia sudah orgasme, ternyata bisa juga dia orgasme dengan cepat, mungkin 15 menit. Kemudian kami kembali tertidur.
Tidak lama kemudian kejadian tadi terulang lagi, kali ini dengan Rio. Dengan cepat pula dia menuntaskan hasratnya. Ketika kami semua terbangun pukul 10 pagi, rasanya aku belum lama tidur, Kulihat Hendra sudah memakai pakaian, sementara Rio dan Andre masih telanjang berbincang dengan Hendra.

"Pagi Sayang, bagaimana mimpi indahmu..?" tanyanya.
"Terlalu indah untuk sebuah mimpi." jawabku yang langsung ke kamar mandi untuk berendam menghilangkan lelah.
Tidak lama kemudian ketika sedang asyik berendam, muncullah Rio dan Andre di pintu kamar mandi yang memang tidak kukunci.

"Mau ditemenin mandi Mbak..?" tanya Andre.
"Pasti asyik kalau mandi bertiga." sambung Rio.
Dan akhirnya sudah dapat diduga, kembali kami melakukan permainan sex bertiga, tapi kali ini dilakukan di kamar mandi, ternyata sensasinya berbeda dari tadi malam. Banyak juga aku belajar variasi baru. Bertiga di kamar mandi, baik itu di bathtub, shower ataupun di meja westafel kamar mandi, sungguh pengalaman yang luar biasa. Cukup lama juga kami bercinta di kamar mandi hingga akhirnya Hendra mengingatkan kami waktu check out.

Pukul 12 siang kami sudah bersiap untuk check out. Ketika Rio dan Andre sedang berpakaian, ternyata Hendra memintaku sekali lagi untuk 'quicky'. Dengan membuka pakaian seperlunya, kami kembali bercinta disaksikan kedua gigolo itu. Namanya saja quicky, maka tidak sampai sepuluh menit dia sudah menyemprotkan spermanya di vaginaku, dan segera memasukkan kembali kejantanannya di balik celananya dan tanpa membersihkan lebih lanjut. Aku menngenakan kembali celanaku yang merosot tadi, dan kami check out hotel secara bersama-sama, tidak lupa setelah menukar nomer HP masing-masing dengan kenangan yang indah.

Sejak saat itu aku sering meminta Rio ataupun Andre atau mereka berdua untuk menemaniku kalau aku lagi perlu penyegaran. Soal 'bisnis' dengan mereka sepertinya sudah tidak menjadi point utama lagi. Dan belakangan aku tahu kalau Rio juga penggemar media ini, salam sayang untuk Rio apabila kamu membaca cerita ini (nama sudah disamarkan sehingga yang bersangkutan saja yang tahu). Maaf aku tidak minta ijin dulu, tapi kukira kamu tidak keberatan kan Sayang. Salamku untuk Andre juga.

TAMAT

Bercinta dengan gigolo - 2

Entah sudah berapa lama tertidur ketika kurasakan sesuati menggelitik vaginaku. Sambil membuka mata yang masih berat, kulihat kepala sudah terbenam di selangkanganku yang telah tebuka lebar. Ah, Rio mulai lagi, pikirku. Ketika aku menoleh ke sofa mencari Hendra, kulihat dia telanjang duduk di samping Rio yang juga telanjang sambil tersenyum ke arahku. Jadi siapa yang bermain di vaginaku saat ini, terkaget aku dibuatnya. Langsung duduk kutarik rambutnya dan ternyata si Andre, teman Rio yang kusuruh pulang bersama si pendek tadi.

Sebenarnya dia tidak terpilih bukan karena aku tidak tertarik, tapi aku harus memutuskan satu di antara dua yang baik.
"What the hell going on here..?" pikirku, tapi tidak sempat terucap karena permainan lidahnya sungguh menggetarkan naluri kewanitaanku.
Kubiarkan Andre bermain di selangkanganku dan kunikmati permainan lidahnya, meskipun tidak sepintar Rio, tapi masih membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan.

"Ugh.., shh..!" aku mulai mendesis.
Kubenamkan kepala Andre lebih dalam untuk mendapatkan kenikmatan lebih jauh. Andre menjilatiku dengan hebatnya hingga beberapa saat sampai kulihat Rio berdiri dari tempatnya dan menghampiri Andre. Diangkatnya kakiku hingga terpentang dan Rio mengganjal pantatku dengan bantal hingga posisi vaginaku sekarang menantang ke atas.

Rio mengganti posisi Andre, menjilati vaginaku dengan mahirnya, kemudian mereka berganti posisi lagi. Cukup lama juga Rio dan Andre menjilati vaginaku secara simultan. Sensasinya sungguh luar biasa hingga aku larut dalam kenikmatan. Jilatan Andre sudah berpindah ke daerah anusku, ketika Rio menjilati pahaku terus naik dan berhenti untuk bermain di daerah vaginaku.
"Aahh.., gilaa.., aagh.., shit.. yess..!" aku terkaget, karena baru kali ini aku dijilati oleh dua laki-laki di daerah kewanitaanku.
Bayangkan dua lidah dengan satu di anus dan satunya di vagina. Keduanya begitu expert dalam permainan lidah. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan dengan kata-kata, sensasi ini terlalu berlebihan bagiku, bahkan terbayang pun tidak pernah.

Dengan penuh gairah mereka bermain di kedua lubangku, aku tidak tahu harus berkata apa selain mendesah dan menjerit dalam kenikmatan birahi. Aku mencari pegangan sebagai pelampiasan rasa histeriaku, tapi tidak kudapatkan hingga akhirnya kuremas-remas sendiri buah dadaku yang ikut menegang. Tidak tahan menahan sensasi yang berlebihan, akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Orgasme tercepat selama hidupku, tidak sampai penetrasi dan tidak lebih dari 15 menit, suatu rekor yang tidak perlu dibanggakan.

Mulut Rio tidak pernah beranjak dari vaginaku, disedotnya vaginaku seperti layaknya vacum cleaner.
"Shit.. Rio.. stop.. stoop..! Please..!" pintaku menahan malu.
Lidah Rio naik menelusuri perutku dan berhenti di antara kedua bukit di dadaku, lalu mendaki hingga mencapai putingku. Dikulumnya lalu sambil meremas buah dadaku dia mulai mengulum dan mempermainkan putingnya dengan lidah mautnya.

Belum sempat kurasakan mautnya permainan lidah Rio, aku merasakan Andre telah menyapukan kejantanannya di bibir vaginaku sebentar dan langsung kejantanan Andre tanpa basa basi langsung melesak masuk ke vaginaku. Kurasakan ada perbedaan rasa dengan Rio karena bentuknya memang berbeda. Punya Rio besar dan melengkung ke kiri bawah, agak unik, sedangkan Andre kecil panjang melengkung lurus ke atas, jadi disini kurasakan dua rasa.

Gila, kalau tadi siang kurasakan punya Rio yang banyak menggesek bagian kananku, sekarang kurasakan bagian atas vagina menerima sensasi yang hebat, karena kejantanan Andre mempunyai kepala yang besar, menyodok-nyodok dinding vaginaku. Kedua kakiku dipentangkan dengan lebar oleh Andre, Rio bertambah gairan bergerilya menjelajahi kedua bukit dan menikmati kenyalnya bukit dan putingku yang makin menegang. Tangannya tidak henti meremas dan mengelus kedua bukit di dadaku, sesekali wajahnya dibenamkan di antara kedua bukitku seperti orang gemas.

Andre makin kencang mengocok vaginaku sambil menjilati jari-jari kakiku. Aku menggelinjang makin tidak karuan diperlakukan kedua anak muda ini. Kocokan dan remasan tanganku di kejantanan Rio makin keras mengimbangi permainan mereka.
"Uugghh.. sshh.. kalian.. me.., me..mang gilaa..!" teriakku.
Permainan mereka semakin ganas mengerjaiku.

Kutarik tubuh Rio ke atas, kini Rio sudah berlutut di samping kepalaku, kejantanannya yang tegang tepat ke arah wajahku. Segera kulahap kejantanannya, sekarang aku mau mengulumnya karena kejantanan itu terakhir kali masuk di vaginaku, tidak seperti saat pertama tadi, entah dengan siapa sebelum aku. Seperti dugaanku, mulutku ternyata tidak dapat mengulum masuk semua batang kejantanannya, terlalu besar untuk mulut mungilku.

Rio sekarang mengangkangiku, kepalaku di antara kedua kakinya, sementara kejantanannya kembali tertanam di mulutku. Dikocok-kocoknya mulutku dengan penis besarnya seolah berusaha menanamkan semuanya ke dalam, tapi tetap tidak bisa, it's too big to my nice mouth, very hard blowjob. Kurasakan kenikmatan yang memuncak, dan kembali aku mengalami orgasme beberapa saat kemudian.
"Mmgghh.. mmgh.. uugh..!" teriakku tertahan karena terhalang kejantanan Rio, masih untung tidak tergigit saat aku orgasme.

Tanpa memberiku istirahat, mereka membalikkan tubuhku, kini aku tertumpu pada lutut dan tanganku, doggy style. Andre tetap bertugas di belakang sementara Rio duduk berselonjor di hadapanku. Seperti sebelumnya, Andre langsung tancap gas mengocokku dengan cepat, kurasakan kejantanannya makin dalam melesak ke dalam vaginaku, pinggangku dipegangnya dan gerakkan berlawanan dengan arah kocokannya, sehingga makin masuk ke dalam di vaginaku. Antara sakit dan nikmat sudah sulit dibedakan, dan aku tidak sempat berpikir lebih lama ketika Rio menyodorkan kejantanannya di mulutku kembali.

Kedua lubang tubuhku kini terisi dan kurasakan sensasi yang luar biasa. Dengan terus mengocok, Andre mengelus-elus punggungku, kemudian tangannya menjelajah ke dadaku, dielus dan diremasnya dengan keras keduanya sesekali mempermainkan putingku, kegelian dan kenikmatan bercampur menjadi satu. Tidak ketinggalan Rio memegang rambutku, didorongnya supaya kejantanannya dapat masuk lebih dalam di mulutku.
"Emmhh.., mhh..!" desahku sudah tidak keluar lagi, terlalu sibuk dengan kejantanan Rio di mulutku.

Kugoyang-goyangkan badanku, pantatku bergerak berlawanan gerakan Andre dan kepalaku turun naik dengan cepat mengocok Rio.
Tidak lama kemudian, "Shit.., aku mau keluar..!" teriak Rio sambil menarik kepalaku ke atas, tapi aku tidak perduli, malah kupercepat kocokan mulutku hingga menyemprotlah sperma Rio dengan deras ke mulutku, semprotannya cukup kencang hingga langsung masuk ke tenggorokanku.
Tanpa ragu lagi kutelan sperma yang ada di mulutku, Rio mengusap sisa sperma di bibir yang tidak tertampung di mulutku.

Kulihat senyum puas di wajah Rio, lalu dia bergeser ke samping, ternyata Hendra sudah berada di samping ranjang, dia kemudian mengganti posisi Rio berselonjor di hadapanku. Tanpa menunggu lebih lama lagi langsung kukulum kejantanan dia yang basah, kurasakan aroma sperma, sepertinya dia habis berejakulasi melihat permainan kami bertiga. Karena ukuran kejantanan Hendra tidak sebesar punya Rio, maka dengan mudah aku melahap semua hingga habis sampai ke pangkal batangnya, dan segera mengocok keluar masuk.

Andre mendorong tubuhku hingga telungkup di ranjang, entah bagaimana posisi dia dengan tubuhku telungkup, dia tetap mengocok vaginaku dengan ganasnya. Hendra hanya dapat mengelus rambutku dan mempermainkan buah dadaku dari bawah. Tidak lama kemudian Andre mencabut kejantanannya, dan langsung berbaring di sebelahku. Aku mengerti maksudnya, sebenarnya harusnya aku yang mengatur dia bukan sebaliknya, tapi toh kuturuti juga.

Kutinggalkan Hendra dan aku menaiki tubuh Andre, kejantanannya masih menegang ke atas, kuatur tubuhku hingga vaginaku pas dengan kejantanannya yang sudah menunggu, lalu kuturunkan pantatku dan bles. Langsung saja aku bergoyang salsa di atasnya. Kini aku pegang kendali, pantatku kuputar-putar sehingga vaginaku terasa diaduk-aduk olehnya. Andre memegangi kedua buah dadaku dan meremasnya. Hendra berdiri di atas ranjang dan menghampiriku, dia menyodorkan kembali kejantanannya, kubalas dengan jilatan dan kuluman.

Ternyata Rio yang sudah recovery tidak mau ketinggalan, dia berdiri di sisi lainnya dan menyodorkan kejantanannya ke arahku. Kini tanganku memegang dua penis yang berbeda, baik dari ukuran, bentuk dan kekerasannya, belum lagi yang tertanam di vaginaku, aku sedang menikmati tiga macam penis sekarang. Kupermainkan Rio dan Hendra secara bergantian di mulutku antara kuluman dan kocokan tangan. Pantatku tidak pernah berhenti bergoyang di atas Andre, sungguh suatu sensasi dan kenikmatan yang sangat berlebihan dan rasanya tidak semua orang dapat menikmatinya.

Beruntungkah aku..? Entahlah, yang jelas sekarang aku sedang melambung dalam lautan kenikmatan birahi tertinggi. Entah sudah berapa banyak cairan vaginaku terkuras keluar. Andre belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan orgasme. Aku mengganti gerakanku, kini turun naik sliding di atasnya, kulepas tangan kiriku dari penis Rio dan kuelus kantong pelir Andre untuk menambah rangsangan padanya. Ternyata Andre melawan gerakanku dengan menaik-turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga kejantanannya makin menancap dalam, tangannya tidak pernah melepas remasannya dari buah dadaku.

Rio bergerak ke belakangku, dielusnya punggungku dan elusannya berhenti di lubang anusku. Dengan ludahnya dia mengolesi lubang itu dan mencoba memasukkan jarinya ke dalam, sesaat terlintas di benakku bahwa dia mau anal, berarti double penetration. Aku belum siap untuk itu, tidak seorang pun kecuali suamiku yang mendapatkan anal dariku. Kuangkat tangannya dari anusku, pertanda penolakan dan dia mengerti. Rio berlutut di belakangku, didekapnya tubuhku dari belakang dan tangannya ikut meremas-remas buah dadaku. Sambil menciumi tengkuk dan telingaku, kejantanannya menempel hangat di pantatku, kini dua pasang tangan di kedua buah dadaku.

Karena didekap dari belakang aku tidak dapat bergerak dengan leluasa, akibatnya Andre lebih bebas mengocok vaginaku dari bawah. Aku sudah tidak dapat mengontrol tubuhku lagi, entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, padahal masih dengan Andre. Ada dua lagi penis menunggu giliran menikmati vaginaku, Rio dan Hendra, suamiku.

Tidak lama setelah mengocokku dari bawah, kurasakan badan Andre yang menegang kemudian disusul denyutan keras di vaginaku. Begitu keras dan deras semprotan spermanya hingga aku tersentak kaget menerima sensasi itu hingga aku menyusul orgasme sesaat setelahnya. Begitu nikmat dan nikmat, untung aku sempat mengeluarkan kejantanan Hendra dari mulutku sesaat setelah kurasakan semburan Andre, kalau tidak hampir pasti dia akan tergigit saat aku mengikuti orgasme. Tubuhku langsung melemas, aku langsung terkulai di atas tubuh Andre. Rio sudah melepas dekapannya dan Hendra duduk di samping Andre, sepertinya mereka menunggu giliran.

Napasku sudah ngos-ngosan, aku dapat merasakan degup jantung Andre yang masih kencang, keringat kami sudah bercampur menjadi satu. Kejantanan Andre masih tertanam di vaginaku meskipun sudah melemas hingga akhirnya keluar dengan sendirinya. Rio menawariku lippovitan, penambah energi. Setelah aku berbaring di samping Andre, berarti dia sudah bersiap untuk bertempur denganku, segera kuhabiskan minuman itu, kesegaran memasuki di tubuhku tidak lama kemudian.

"Gila kamu Ndre, ternyata tak kalah dengan Rio." komentarku.
"Ah biasa Mbak, kita udah biasa kerjasama kok." jawabnya.
"Makanya kompak kan Mbak, dan Mbak termasuk hebat bisa melayani kami sendiri-sendiri dalam satu hari, dan barusan adalah satu jam 17 menit." Rio menimpali.
"Biasanya kami langsung main bertiga, dan itu tidak lebih lama daripada sendiri-sendiri, paling lama setengah jam sudah KO." kembali Andre menambahi.

Bersambung...

Bercinta dengan gigolo - 1

Setelah lama berpetualang dengan Hendra, aku perlu juga variasi bermain sex yang lain, dengan ragu-ragu akhirnya kuusulkan ke Hendra untuk memanggil gigolo supaya permainan bertambah menarik. Dengan berat hati Hendra menyetujui dengan syarat aku yang mencari dan dia yang memutuskan atau memilih orangnya.

Setelah mencari informasi dari sana sini, akhirnya kudapatkan nomor telepon jaringan gigolo, aku tidak mau lewat milist yang banyak menawarkan diri, karena dari pengalaman mereka hanya besar nyali dan nafsu saja, tapi tidak dengan stamina dan variasi permainan. Sesuai dengan kesepakatan dengan seorang GM, akhirnya dia akan mengirim 3 orang untuk kami pilih di tempat kami menginap, uang bukanlah masalah bagi kami.

Pada hari yang sudah ditetapkan, kami check in di Hotel Sahid. Tidak lama kemudian datanglah sang GM dengan membawa 3 anak muda ganteng dan macho, mungkin dibawah 25 tahun. Ketiganya memang kelihatan begitu atletis dan tampan, tapi satu sudah out karena terlalu pendek, sedangkan dua lainnya mampunyai tinggi paling tidak sama denganku, yang menjadi masalah bagiku adalah memilih di antaranya.

Terus terang agak nervous juga aku, karena belum pernah aku membayar untuk urusan sex. Setelah berpikir sejenak akhirnya aku menyuruh mereka bertiga untuk telanjang di hadapan kami, sesaat mereka ragu, tapi akhirnya mau juga setelah kupancing dengan membuka baju atasku hingga terlihat bra merahku. Dari pandangan matanya aku tahu bahwa mereka tertarik denganku, bahkan tanpa dibayar pun aku yakin mereka mau melakukannya. Kupikir hanya orang gila saja yang tidak tertarik dengan postur tubuhku yang putih seperti Cina, tinggi semampai, sexy, dan wajah cantik, paling tidak itulah yang sering dikatakan laki-laki.

"Oke, yang tidak terpilih, kalian boleh memegang buah dadaku ini sebelum pergi asal mau telanjang di depanku sekarang." kataku menggoda, dengan demikian aku dapat melihat kejantanan mereka saat tegang, itulah yang menjadi pertimbanganku.
Serempak mereka melepas pakaiannya secara bersamaan, telanjang di depanku. Hasilnya cukup mengejutkanku, ternyata disamping memiliki tubuh yang atletis, ternyata mereka mempunyai alat kejantanan yang mengagumkan, aku dibuat takjub karenanya. Rata-rata panjang kejantanan mereka hampir sama, tapi besar diameter dan bentuk kejantanan itu yang berbeda, kalau tidak 'malu' dengan Hendra mungkin kupilih keduanya langsung.

Pandanganku tertuju pada yang di ujung, alat kejantanannya yang besar, aku membayangkan mungkin mulutku tidak akan cukup untuk mengulumnya, hingga akhirnya kuputuskan untuk memilih dia. Namanya Rio, mahasiswa semester akhir di perguruan tinggi swasta di Jakarta.
"Rio tinggal di sini, lainnya mungkin lain kali." kataku mengakhiri masa pemilihan.

Setelah pilihan diambil, maka dua lainnya segera berpakaian dan menghampiri aku yang masih tidak berbaju. Mula-mula si pendek mendekatiku dan memelukku, tingginya hanya setelingaku. Diciumnya leherku dan tangannya meremas lembut buah dadaku, lalu wajahnya dibenamkan ke dadaku, diusap-usap sejenak sambil tetap meremas-remas menikmati kenyalnya buah dadaku, lalu dia pergi. Berikutnya langsung meremas-remas buah dadaku, jari tangannya menyelinap di balik bra, mempermainkan sejenak sambil mencium pipiku.
"Mbak mempunyai buah dada dan puting yang bagus." bisiknya, kemudian dia pergi, hingga tinggal kami bertiga di kamar, aku, Rio dan Hendra yang dari tadi hanya memperhatikan, tidak ada komentar dari dia kalau setuju atas pilihanku.

"Rio, temenin aku mandi ya, biar segar..!" kataku, sebenarnya agak ragu juga bagaimana untuk memulainya.
"Ayo Tante, entar Rio mandiin." jawabnya.
"Emang aku udah Tante-Tante..?" jawabku ketus, "Panggil aku Lily." lanjutku sambil menuju kamar mandi, meninggalkan Hendra sendirian.

Sesampai di kamar mandi, Rio langsung mencium tengkukku, membuatku merinding. Dipeluknya aku dari belakang sambil ciumannya berlanjut ke belakang telingaku hingga leher. Kedua tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang masih terbungkus bra merahku.
"Rio, kamu nakal..!" desahku sambil tanganku meraba ke belakang mencari pegangan di antara kedua kaki Rio yang masih telanjang.
"Abis Mbak menggoda terus sih," bisiknya disela-sela ciumannya di telinga.

Tangannya diturunkan ke celana jeans-ku, tanpa menghentikan ciumannya, dia membuka celana jeans-ku, hingga sekarang aku tingal bikini merahku. Ciumannya sudah sampai di pundak, dengan gigitan lembut diturunkan tali bra-ku hingga turun ke lengan, begitu pula yang satunya, sepertinya dia sudah terlatih untuk menelanjangi wanita dengan erotis dan perlahan, semakin perlahan semakin menggoda. Perlahan tapi pasti aku dibuatnya makin terbakar birahi.

Rio mendudukkan tubuhku di meja toilet kamar mandi, dia berlutut di depanku, dicium dan dijilatinya betis hingga paha. Perlahan dia menarik turun celana dalam merah hingga terlepas dari tempatnya, jilatan Rio sungguh lain dari yang pernah kualami, begitu sensual, entah pakai metode apa hingga aku dibuat kelojotan. Kepalanya sudah membenam di antara kedua pahaku, tapi aku belum merasakan sentuhan pada daerah kewanitaanku, hanya kurasakan jilatan di sekitar selangkangan dan daerah anus, aku dibuat semakin kelojotan.

Sepintas kulihat Hendra berdiri di pintu kamar mandi melihat bagaimana Rio menservisku, tapi tidak kuperhatikan lebih lanjut karena jilatan Rio semakin ganas di daerah kewanitaanku, hingga kurasakan jilatan di bibir vaginaku. Lidahnya terasa menari-nari di pintu kenikmatan itu, kupegang kepalanya dan kubenamkan lebih dalam ke vaginaku, entah dia dapat bernapas atau tidak aku tidak perduli, aku ingin mendapat kenikmatan yang lebih. Jilatan lidah Rio sudah mencapai vaginaku, permainan lidahnya memang tiada duanya, saat ini the best dibandingkan lainnya, bahkan dibandingkan dengan suamiku yang selalu kubanggakan permainan sex-nya.

Rio berdiri di hadapanku, kejantanannya yang besar dan tegang hanya berjarak beberapa centimeter dari vaginaku. Sebenarnya aku sudah siap, tapi lagi-lagi dia tidak mau melakukan secara langsung, kembali dia mencium mulutku dan untuk kesekian kalinya kurasakan permainan lidahnya di mulutku terasa meledakkan birahiku, sementara jari tangannya sudah bermain di liang kenikmatanku menggantikan tugas lidahnya. Aku tidak mau melepaskan ciumannya, benar-benar kunikmati saat itu, seperti anak SMU yang baru pertama kali berciuman, tapi kali ini jauh lebih menggairahkan.

Ciuman Rio berpindah ke leherku, terus turun menyusuri dada hingga belahan dadaku. Dengan sekali sentil di kaitan belakang, terlepaslah bra merah dari tubuhku, membuatku telanjang di depannya. Aku siap menerima permainan lidah Rio di buah dadaku, terutama kunantikan permainan di putingku yang sudah mengencang. Dan aku tidak perlu menunggu terlalu lama untuk itu, kembali kurasakan permainan lidah Rio di putingku, dan kembali pula kurasakan sensasi-sensasi baru dari permainan lidah. Aku benar-benar dibuat terbakar, napasku sudah tidak karuan, kombinasi antara permainan lidah di puting dan permainan jari di vaginaku terlalu berlebihan bagiku, aku tidak dapat menahan lebih lama lagi, ingin meledak rasanya.

"Rio, pleassee, sekarang ya..!" pintaku sambil mendorong tubuh atletisnya.
"Pake kondom Mbak..?" tanyanya sambil mengusap-usapkan kepala kejantanannya di bibir vaginaku yang sudah basah, sah, sah, sah.
Aku tidak tahu harus menjawab apa, biasanya aku tidak pernah pakai kondom, tapi karena kali ini aku bercinta dengan seorang gigolo, aku harus berhati-hati, meskipun dengan lainnya belum tentu lebih baik. Kalau seandainya dia langsung memasukkan kejantannya ke vaginaku, aku tidak akan keberatan, tapi dengan pertanyaan ini aku jadi bingung. Kulihat ke arah Hendra yang dari tadi memperhatikan, tapi tidak kudapat jawaban dari dia.

Tidak ada waktu lagi, pikirku. Maka tanpa menjawab, kutarik tubuhnya dan dia mengerti isyaratku. Perlahan didorongnya kejantanannya yang sebesar pisang Ambon itu masuk ke liang kenikmatanku, vaginaku terasa melar. Makin dalam batang kejantanannya masuk kurasakan seolah makin membesar, vaginaku terasa penuh ketika Rio melesakkan seluruhnya ke dalam.
"Aagh.. yess.. ennak Sayang..!" bisikku sambil memandang ke wajah Rio yang ganteng dan macho, expresinya dingin, tapi aku tahu dia begitu menikmatinya.
"Pelan ya Sayang..!" pintaku sambil mencengkeramkan otot vaginaku pada kejantanannya.
Kulihat wajaah Rio menegang, tangan kanannya meremas buah dadaku sedang tangan kirinya meremas pantatku sambil menahan gerakan tubuhku.

Kurasakan kejantanan Rio pelan-pelan ditarik keluar, dan dimasukkan lagi saat setengah batangnya keluar, begitu seterusnya, makin lama makin cepat.
"Oohh.. yaa.., truss..! Yes.., I love it..!" desahku, menerima kocokan kejantanan Rio di vaginaku.
Rio dengan irama yang teratur memompa vaginaku, sambil mempermainkan lidahnya di leher dan bibirku. Aku tak bisa lagi mengontrol gerakanku, desahanku semakin berisik terdengar. Rio mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan di pundaknya, kurasakan penetrasinya semakin dalam di vaginaku, menyentuh relung vagina yang paling dalam. Kocokan Rio semakin cepat dan keras, diselingi goyangan pantat menambah sensasi yang kurasakan.

"Sshhit.., fuck me like a bitch..!" desahanku sudah ngaco, keringat sudah membasahi tubuhku, begitu juga dengan Rio, menambah pesona sexy pada tubuhnya.
Aku hampir mencapai puncak kenikmatan ketika Rio menghentikan kocokannya, dan memintaku untuk berdiri, tentu saja aku sedikit kecewa, tapi aku percaya kalau dia akan memberikan yang terbaik.
"Mau dilanjutin di sini atau pindah ke ranjang..?" tanyanya terus menjilati putingku.

Tanpa menjawab aku langsung membelakanginya dan kubungkukkan badanku, rupanya dia sudah tahu mauku, langsung mengarahkan kejantanannya ke vaginaku. Kuangkat kaki kananku dan dia menahan dengan tangannya, sehingga kejantanannya dapat masuk dengan mudah. Dengan sedikit bimbingan, melesaklah batang kejantanan itu ke vaginaku, dan Rio langsung menyodok dengan keras, terasa sampai menyentuh dinding dalam batas terakhir vaginaku, terdongak aku dibuatnya karena kaget.
"Aauugghh.., yes.., teruss.., yaa..!" teriakku larut dalam kenikmatan.

Sodokan demi sodokan kunikmati, Rio menurunkan kakiku, dan kurentangkan lebar sambil tanganku tertumpu pada meja toilet, tangan Rio memegang pinggulku dan menariknya saat dia menyodok ke arahku, begitu seterusnya. Rasanya sudah tidak tahan lagi, ketika tangan Rio meremas buah dadaku dan mempermainkan putingku dengan jari tangannya, sensasinya terlalu berlebihan, apalagi keberadaan Hendra yang dengan setia menyaksikan pertunjukan kami sambil memegang kejantanannya sendiri.

"Rio a.. ak.. aku.. sud.. sudah.. nggak ta.. ta.. han..!" desahku, ternyata Rio langsung menghentikan gerakannya.
"Jangan dulu Sayang, kamu belum merasakan yang lebih hebat." katanya, tapi terlambat, aku sudah mencapai puncak kenikmatan terlebih dahulu.
"Aaughh.., yess.., yess..!" teriakku mengiringi orgasme yang kualami, denyutan di vaginaku terasa terganjal begitu besar.
Rio hanya mendesah sesaat sambil tangannya tetap meremas buah dadaku yang ikut menegang.

"Ayo Rio, keluarin sekarang, jangan goda aku lagi..!" pintaku memelas karena lemas.
Rio mengambil handuk dan ditaruhnya di lantai, lalu dia memintaku berlutut, rupanya Rio menginginkan doggie style, kuturuti permintaannya. Sekarang posisiku merangkak di lantai dengan lututku beralaskan tumpukan handuk, menghadap ke pintu ke arah Hendra.

Rio mendatangiku dari belakang, mengatur posisinya untuk memudahkan penetrasi ke vaginaku. Setelah menyapukan kejantanannya yang masih menegang, dengan sekali dorong masuklah semua kejantanan itu ke vaginaku. Meskipun sudah berulang kali terkocok oleh kejantanannya, tidak urung terkaget juga aku dibuatnya. Rio langsung memacu kocokannya dengan cepat seperti piston mobil dengan silindernya pada putaran di atas 3000 rpm, kenikmatan langsung menyelimuti tubuhku.

Rio menarik rambutku ke belakang sehingga aku terdongak tepat mengarah ke Hendra. Berpegangan pada rambutku Rio mempermainkan kocokannya, sesekali pantatnya digoyang ke kiri dan ke kanan, atau turun naik, sehingga vaginaku seperti diaduk-aduk kejantanannya. Dia sungguh pandai menyenangkan hati wanita karena permainannya yang penuh variasi dan diluar dugaan.

Tiba-tiba kudengar teriakan dari Hendra, tepat ketika aku mendongak ke arah dia, menyemprotlah sperma dia dari tempatnya dan tepat mengenai wajah dan rambutku. Ternyata sambil menikmati permainan kami, dia mengocok sendiri kejantanannya alias self service. Rio mengangkat badannya tanpa melepas kejantanannya dariku, kini posisi dia menungging, sehingga kejantanannya makin menancap di vaginaku tanpa menurunkan tempo permainannya. Aku sudah tidak tahan diperlakukan demikian, dan untuk kedua kalinya aku mengalami orgasme hebat dalam waktu yang relatif singkat, sementara Rio masih tetap tegar menantang.

"Masih kuat untuk melanjutkan Mbak..?" tantang dia.
Kalau seandainya dia tidak bertanya seperti itu aku pasti minta waktu istirahat dulu, tapi dengan pertanyaan itu, aku merasa tertantang untuk adu kuat, dan tantangan itu tidak dapat kutolak begitu saja. Sebagai jawaban, kukeluarkan kejantanannya dari tubuhku, kuminta dia rebah di lantai kamar mandi beralas handuk, aku juga ingin ngerjain dia, pikirku.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, begitu dia telentang, kukangkangkan kakiku di wajahnya hingga dia dapat merasakan cairan orgasme yang meleleh dari vaginaku. Rasain, pikirku. Tapi aku salah, ternyata dia malah dengan senang hati menghisap vaginaku hingga terasa kering dan kembali mempermainkan lidah mautnya di vaginaku.

"Sialan, kalau begini aku bisa keluar lagi dan pasti KO." pikirku.
Maka aku langsung berganti posisi. Sekarang aku di atas dia, berarti kendali ada di tanganku dan akan kubuat dia kelojotan mencapai orgasme segera, pikirku lagi. Tanpa membuang waktu lebih lama, kumulai gerakan andalanku, yaitu ber-hula hop di atasnya sehingga aku yakin kejantanannya seperti terpilin-pilin di vaginaku.

Agak kesulitan juga aku ber-hula hop karena terasa kejantanannya yang besar mengganjal di dalam dan mengganggu gerakanku. Semakin kupaksakan semakin nikmat rasanya dan semakin cepat gerakan bergoyangku kenikmatan itu semakin bertambah, maka hula hop-ku semakin cepat dan tambah tidak beraturan. Kuamati wajah Rio yang ganteng bersimbah peluh dan terlihat menegang dalam kenikmatan, tangannya meremas-remas buah dadaku dengan liarnya sambil mempermainkan putingku.

Hampir saja aku orgasme lagi kalau tidak segera kuhentikan gerakanku, tapi ternyata Rio tidak mau berhenti. Ketika aku menghentikan gerakanku, ternyata justru dia menggoyang tubuhku sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga vaginaku tetap terkocok dari bawah, dan kembali orgasmeku tidak terbendung lagi untuk kesekian kalinya.

Rio tetap saja mengocok, meski dia tahu aku sedang di puncak kenikmatan birahi. Kali ini aku benar-benar lemes mes mes, tapi Rio tidak juga mengentikan gerakannya. Kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, sehingga kami saling berpelukan. Dinginnya AC tidak mampu mengusir panasnya permainan kami, peluh kami sudah menyatu dalam kenikmatan nafsu birahi. Rio memelukku dan mencium mulutku sambil kembali mempermainkan lidahnya, kejantanannya masih keras bercokol di vaginaku, terasa panas sudah, atau mungkin lecet.

Tidak lama kemudian nafsuku bangkit lagi, kuatur posisi kakiku hingga aku dapat menaik-turunkan tubuhku supaya kejantanan Rio bisa sliding lagi. Meskipun kakiku terasa lemas, kupaksakan untuk men-sliding kejantanan Rio yang sepertinya makin lama makin mengeras. Melihatku sudah kecapean, Rio memintaku untuk masuk ke bathtub dan kuturuti keinginannya supaya aku kembali ke posisi doggie. Sebelum memasukkan kejantanannya, Rio membuka kran air hingga keluarlah air dingin dari shower di atas, kemudian dengan mudahnya dia melesakkan kejantanannya ke vaginaku untuk kesekian kalinya.

Bercinta di bawah guyuran air shower membuat tubuhku segar kembali, sepertinya dia dapat membaca kemauan lawan mainnya, kali ini kocokannya bervariasi antara cepat keras dan pelan. Tidak mau kalah, setelah terasa staminaku agak pulih, kuimbangi gerakan sodokan Rio dengan menggoyang-goyangkan pantatku ke kiri dan ke kanan atau maju mundur melawan gerakan tubuh Rio. Dan benar saja, tidak lama kemudian kurasakan cengkeraman tangan Rio di pantatku mengencang, kurasakan kejantanan Rio terasa membesar dan diikuti semprotan dan denyutan yang begitu kuat dari kejantanan Rio.

Vaginaku terasa dihantam kuat oleh gelombang air bah, denyutan dan semprotan itu begitu kuat hingga aku terbawa melambung mencapai puncak kenikmatan yang ke sekian kalinya. Kami orgasme secara bersamaan akhirnya, tubuhku langsung terkulai di bathtub. Kucuran air kurasakan begitu sejuk menerpa tubuhku yang masih berpeluh. Rio mengambil sabun dan menyabuni punggungku serta seluruh tubuhku. Dengan gentle dia memperlakukan aku seperti layaknya seorang lady hingga aku selesai mandi.

Dengan hanya berbalut handuk aku keluar kamar mandi menuju ranjang untuk beristirahat. Kulihat Hendra sudah mengenakan piyama dan duduk di sofa memperhatikanku keluar dari kamar mandi. Expresi di wajah Hendra tidak dapat kutebak, tapi tiada terlihat sinar kemarahan atau cemburu melihat bagaimana aku bercinta dengan Rio di kamar mandi selama lebih dari satu jam. Aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang yang hangat, mataku sudah terlalu berat untuk terbuka, masih kudengar sayup-sayup pembicaraan Hendra sebelum aku terlelap dalam tidurku.

"Kamu hebat Rio, belum pernah ada yang membuat dia orgasme terlebih dahulu, bahkan setelah bermain dengan dua orang." kata Hendra ketika Rio keluar dari kamar mandi.
"Ah biasa saja Om." jawab Rio kalem merendah.
"Emang dia sering melayani 2 orang sekaligus..?" lanjut Rio.
"Ah bukan urusanmu anak muda, oke Rio, tugas kamu sudah selesai, uang kamu ada di sebelah TV dan kamu boleh pergi." kata Hendra.

"Om, boleh saya usul..?"
"Silakan..!"
"Kalau saya boleh tinggal dan menemani lebih lama bahkan sampai pagi, biarlah nggak usah ada tambahan bayar overtime, aku jamin dia pasti lebih dari puas." usul Rio.
"Cilaka..," pikirku.
Aku tidak tahu apa yang dikatakan Hendra karena sudah terlelap dalam tidur indah.

Bersambung...

Aku, Istriku dan mantan pacarku

Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel 'S', kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J. Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).

Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun gairah kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan). Kata teman-temanku aku punya libido seks yang tinggi, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan. Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan yag anggun berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona "Maya.." kataku setengah gugup. "Ayo masuk," pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu).

Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.
"Ini Maya, Mah kenalin," mereka pun saling berjabat tangan.
"Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?" kata Maya kemudian.
Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,
"Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!"
Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah, "Aaahh.. aahh.." dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya. Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. "Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus.." Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.

"Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih.." lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, "Bleess.. sleepp.." begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya. Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang "Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh.." Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku. Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, "Enak Mas cairan istrimu ini," katanya. Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, "May, aku pengen.." Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.

Lalu "Bleess.." penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku. "Jilati Mas.." pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku. Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, "Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh.." cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya. Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan "dildo", aku dan istriku baru tahu waktu itu.

Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan. "May.. terus.." Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu, "Aauugghh.." teriak istriku. "Enak Mas.. lebih enak dari punyamu.." katanya, aku hanya tersenyum. Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, "Bleess.." Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.

Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan, "Ahh.. May.. sayang.." Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu. Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak, "Aagghh sa.. kit.." istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam, "Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la.." kembali cairan panas menyerang penisku.

Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsunya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya. Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.

Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu semata di antara kami bertiga. Semoga!

TAMAT

Aku, istriku dan temanku - 3

Puas dengan posisi ini ganti istriku ditelentangkan, lalu Lud menindih istriku setelah penisnya dimasukkan semuanya ke vagina istriku, lalu pantatnya digoyang memutar sehingga bulu kemaluannya menggesek clit dan seluruh vagina istriku dan penisnya memutar di dalam lubang vagina sehingga istriku menggelinjang lagi dengan tangannya menarik lepas sprei. Sedangkan mau mengerang sulit, karena bibirnya dikecup kuat-kuat oleh Lud. Yaah, menonton itu penisku jadi tegang terus sampai kemeng rasanya, dan adegan ini berjalan cukup lama sampai kira-kira 10 menit lebih. Dan dalam waktu 10 menit itu paling tidak istriku sudah mencapai klimaks sampai 2 kali. Setelah itu kakinya yang kekar itu keduanya ditumpangkan ke kedua kaki istriku yang ramping dan indah itu lalu pantatnya digoyangkan naik turun hingga penisnya ikut juga. Dengan posisi ini penisnya betul-betul kejepit dengan bibir vagina istriku sehingga gesekannya betul-betul terasa di vagina istriku sampai istriku berulang kali menelan air liurnya dan geleng-geleng kepala saat klimaks.

Lud minta ganti posisi lagi, sekarang dia agak mengangkat pantatnya dan ganti istriku yang harus menggoyangkan pantatnya memutar hingga penis Lud diputar dengan vagina istriku. Kira-kira 5 menit lewat masih belum lepas juga maninya, padahal kalau aku yang diputar penisnya oleh istriku 5 menit langsung muncrat maniku, akhirnya malah istriku sendiri yang klimaks lagi. "Aduuh Lud.. aduh Lud.. nikmatnya luar biasa aku sudah tak kuat menahannya lagi semprotkan manimu Lud", pinta istriku. Baru kemudian posisi istriku ditarik ke bawah sehingga pantatnya di pinggir kasur, kemudian Lud turun dan kaki istriku diminta mentang lebar-lebar dan diangkat tinggi lalu Lud menancapkan penisnya dari bawah dengan sedikit membungkuk agar tangannya bisa meremas buah dadanya.

Lalu mulailah ditembaknya vagina istriku dengan penisnya, pertama mulai pelan-pelan lalu tambah lama tambah keras dan cepat menembaknya sampai tiap kali ditekan pantat istriku terpental naik. Untuk itu terpaksa tangannya melepas buah dada istriku dan memegang pinggangnya supaya kalau ditembak keras vaginanya, pantatnya tak naik tapi penisnya yang deras menghunjam masuk menerobos sampai mulut rahim istriku. "Aduuh Lud.. aduh Lud.. nikmat banget penismu Lud, tapi aku tak kuat menahan nikmatnya Lud.., aku butuh manimu Lud dan penismu sudah makin hangat Lud", teriak istriku. Akhirnya "Huuh", desis Lud dan "Crutt", maninya muncrat, "Huuh", desis Lud lagi dan "Crutt", maninya muncrat lagi dan setiap kali maninya muncrat istriku mengerang, "aach.. sseett!" Setelah itu Lud tengkurap di tubuh istriku, "Lud tubuhku hangat rasanya kena semprotan manimu", kata istriku. Kemudian tubuh istriku diangkat naik dan Lud segera tidur di sebelahnya dengan memeluk istriku dan penisnya yang masih tegang itu dimasukkan lagi ke dalam vagina istriku dan kemudian kedua tubuh yang bugil itu diselimuti. Melihat itu walaupun penisku tegang aku tak ikut masuk sebab kupikir istriku capai apalagi vaginanya masih disumpal dengan penis Lud, jadi terpaksa aku masuk ke kamar dan tidur.

Suatu saat aku terbangun, karena terasa penisku dipijit-pijit dan ketika membuka mata ternyata istriku dengan masih dibopong di muka berpelukan oleh Lud tangan istriku memijit-mijit penisku. Ketika aku bangun, istriku bilang, "Ayo Pi jangan tidur saja Mami mau disemprot Mani lagi berdua berbarengan." Eeeh, ternyata pikiranku tadi meleset, kukira istriku yang lemah lembut itu sudah capai tadi ternyata masih ingin dikerjain berdua lagi. Aku lihat ternyata vagina istriku tetap didongkrak dengan penis Lud, jam saat itu sudah jam 1 tengah malam jadi aku sudah tidur dua jam. Kemudian istriku ditidurkan di bawahku dan langsung Lud mulai menembak vagina istriku dengan penisnya yang gede itu dan aku terpaksa bangun mendekatkan penisku ke mulut istriku untuk dihisap. Penisku terus dijilati disedot lubangnya sambil kantong penisku diremas-remas dan rambut bawah kantong penisku ditarik-tarik juga pinggiran lubang anusku dielus-elus dengan jarinya hingga aku terus bernafsu dan tegang lagi.

Memang kalau kita main bertiga ini tambah terangsang demikian juga Lud yang menembakkan penisnya semakin seru dan nafasnya mulai ngos-ngosan dan crot.. crot.. crot, maninya muncrat ke dalam vagina istriku, kulihat itu tak tahan juga langsung maniku kulepaskan juga dan memenuhi mulut istriku dan setelah ditelan mulutnya dibuka ditunjukan padaku kalau maniku sudah habis masuk. Dan Lud pun lalu menelungkup di atas istriku untuk istirahat, tapi mulutnya masih sempat menghisap-hisap pentil istriku. Lalu dia bilang,
"Waah Pi, mani Lud rupanya masuk terus ke dalam rahimku sebab tiap nyemprot tak pernah keluar lagi, apa karena vaginaku disumpal terus dengan penisnya Lud ya Pi? sebab biasanya kalau punya Papi paling 1 jam sudah mengalir keluar lagi walaupun nyemprotnya keras banget." Belum sempat kujawab, Lud bilang,
"Gila, istrimu itu minta disumpal terus vaginanya, pokoknya penisku malam ini tak boleh lepas dari vaginanya."
"Nggak Pi, Lud yang minta dulu supaya penisnya dipendam semalam suntuk dalam vaginaku, dan aku setuju", jawab istriku.

"Penisnya terasa hangat terus di vaginaku, dan kalau mulai tegang terasa mulai goyang-goyang dan semakin keras yang menyodok-nyodoknya Pi, kalau tidur walaupun sudah tidur pula penisnya tetapi kepala penisnya tetap nyantol di bibir vaginaku jadi tak mau lepas seperti Papi punya biasanya lepas sendiri kalau tidur." kata istriku. Setelah fit kembali istriku dibopong lagi dengan masih disodok vaginanya dengan penisnya dan dibawa balik ke kamar depan dan aku pun tertidur lagi karena mengantuk. Seperti biasa aku selalu bangun jam 4.30 pagi selain kebiasaan kadang-kadang penisku tegang sendiri jam-jam itu. Pagi itu penisku juga tegang lalu aku bangun dengan maksud mau naiki istriku, kumasuk ke kamarnya ternyata istriku masih tidur berpelukan dengan Lud dengan tubuh diselimuti. Aku mencoba mendekati kepala istriku dan kubelai-belai pipinya dan istriku terbangun.
Aku bilang, "Penisku tegang nih, yo tak semprotkan ke vaginamu."
Istriku berbisik, "Aduuh Pi, penis Lud masih menancap terus dalam vaginaku kalau tak ditarik tak bisa lepas sebab nyantol kepalanya, Papie tak hisap saja ya penisnya?"
"Oke", sahutku.
Lalu istriku menengadah dan kudekatkan penisku supaya bisa masuk ke mulutnya, lalu kukocok sendiri penisku dan kugosok-gosokkan kepalanya ke bibirnya dan kadang-kadang kumasukkan dalam-dalam ke mulutnya. Karena sudah cukup lama tegangnya tak lama hanya 5 menit maniku sudah muncrat lagi ke dalam mulut istriku dan kemudian seluruh bagian kepala penisku dijilati untuk membersihkan maniku dan setelah itu baru ditelan semua maniku. Aku bertanya,
"Mami tidak nelan maninya Lud toch dan tak dimasuki lubang anusnya juga ya?"
"Tidak Pi, semua maninya Lud masuk ke dalam vaginaku dan sampai sekarang belum keluar sehingga rasanya ada sesuatu barang dalam perut yang hangat! Lalu Lud hanya mencabut penisnya kalau minta dihisap setelah itu dimasukkan kembali ke vaginaku", jawab istriku.

Kukecup bibirnya dan kubisiki, "Baik-baik ya Mi, semoga dapat kenikmatan lagi!" Lalu aku keluar kamar dan tiduran lagi. Aku terbangun lagi pukul 6 pagi langsung kupergi mandi dan kemudian duduk di sofa menonton TV. Ternyata istriku baru saja diajak bersetubuh lagi oleh Lud, karena baru saja berada di atas istriku kemudian tidur lagi dengan berangkulan lagi. Karena bosan lihat TV lalu kupergi keluar untuk lihat pemadangan alam dan jalan-jalan di taman. Kira-kira sejam kemudian aku balik ke motel dan kulihat kamarnya sudah kosong, rupanya mereka mandi berdua. Aku masuk ke kamar dan melihat di tempat tidur ada gelang karet berbulu yang dipakai dan ada cincin dari bulu buntut kuda. Aku nonton TV lagi, rupanya lama sekali mereka mandi. Kucoba mendekat ke pintu kamar mandi dan menempelkan kupingku di pintu, oh ternyata mereka main lagi dalam kamar mandi sebab terdengar rintihan istriku, "Aduuh Lud.. aduuh Lud.. enaknya penismu Lud, nikmat banget Lud rasanya." Kemudian suaranya Lud, "aach.. Hwa, vaginamu juga nikmat, aku kangen terus dengan vagina dan payudaramu yang kenyal ini Hwa!"

Aku balik nonton TV lagi jadinya, kira-kira 30 menit lagi mereka keluar dari kamar mandi dengan masing-masing berbalut handuk tubuhnya dan sekarang sudah pisah tidak nyantol lagi penisnya di vagina istriku. Mereka masuk ke kamar dan ganti pakaian, kulihat istriku pakai celana dalam mini warna merah dan pakai bra mini warna merah juga, lalu pakai rok bawah mini hitam dan kaos strip hitam putih tapi pendek jadi hanya sampai bawah bra saja, jadi perutnya yang langsing putih agak kelihatan dari luar. Melihat istriku pakai kaos agak ketat, Lud bilang, "Hwa, kamu jangan pakai bra saja lebih bagus karena kaosmu ketat." Istriku pertama menolak, "aah katanya mau keluar makan dan nanti mau pulang segala nggak enak kalau tak pakai BH." Lud bilang, "Kita kan hanya makan di restoran sini saja sebelum pulang, sebab nanti aku masih mau main lagi Hwa." Jadi terpaksa istriku menurut dengan melepas lagi BH mininya. Eeehh, ternyata betul juga pendapat Lud, sebab tanpa BH pun ternyata buah dada istriku tetap tegak menantang hanya bedanya putingnya agak nampak jelas dari kaosnya dan kalau jalan kelihatan sedikit bergoyang-goyang buah dadanya.

Setelah semua siap kami pergi makan ke restoran hotel pukul 8.15, di sana kita lihat ada 2 pasangan lagi rupanya juga bermalam di hotel itu sebab yang cewek ada yang masih pakai pakaian tidur segala. Selesai makan kita jalan-jalan di taman sebentar sambil ngobrol-ngobrol lalu balik ke motel dan duduk untuk nonton TV. Baru beberapa menit perutku terasa sakit, terpaksa aku ke kamar mandi untuk buang air besar. Selesai buang air besar aku mau menonton TV lagi, ternyata mereka berdua sudah tak ada dan masuk ke kamar lagi. Aku melihat istriku sudah tak mengenakan kaos lagi tapi sedang memakai BH mininya, sedang Lud sedang melepas celana dan kemudian bajunya lalu dia menarik istriku dan ditidurkannya ke ranjang lalu ditindihnya lagi istriku, yaah rupanya mau main lagi mereka. Ternyata benar, rok mini istriku dilepas lalu CD mininya disingkap ke pinggir pangkal paha lalu penisnya dikeluarkan dari CD-nya dan dimasukkan ke vaginanya istriku. Jadi Lud main dengan masih pakai CD dan istriku pakai BH dan CD mini. Karena branya mini, otomatis payudara istriku mencuat keluar ketika terkena remasan tangan Lud sambil pantatnya terus menggenjot naik turun dengan cepatnya. Kira-kira hampir 10 menit terdengar istriku berteriak, "Aduuh Lud, hangatnya manimu, lepaskan semua manimu Lud!" karena sebelumnya istriku cuma mendesis terus kenikmatan. Nampak sesaat lagi Lud jatuh menelungkup di atas istriku.

Karena sudah hampir jam 10 kubangunkan mereka, sebab Lud harus berangkat pulang dengan pesawat jam 11.00. Kuselesaikan semua rekening hotel sementara mereka berpakaian lagi. Kita langsung menuju airport tepat sampai airport pk 10.30. Lalu kita ngomong sebentar dan Lud usul, "Kalau lain kali kita main berempat dengan istriku, bagaimana?" Pertama istriku keberatan sebab aku tak boleh main dengan wanita lain. Tapi Lud menjelaskan kalau wanita itu adalah keponakannya sendiri yang kerja jadi sekretarinya dan kadang-kadang melayani tamu-tamunya yang membutuhkan hiburan. Jadi pasti bersih dan usianya masih muda baru 19 tahun, cukup seksi hanya buah dadanya agak sedikit lebih kecil dari istriku. Kalau istri dia pasti kurang ramai karena agak kerempeng dan tidak ceria, jadi aku dikhawatirkan tak bisa tegang. "Jadi bisa ramai Hwa, kita main 2 pasang dalam satu kamar pasti hot", kata Lud.

Akhirnya istriku setuju kapan-kapan main berempat, tiba-tiba istriku pergi lari-lari ke kamar mandi. Setelah pulang dari kamar mandi, aku bertanya, "Ada apa?" Dia menjawab sambil menunjukkan CD mininya yang digenggam. "Waah, maninya Lud mulai keluar, CD-ku sampai basah dan lengket jadi tak nikmat dipakai. Mungkin rokku juga basah belakangnya." Ternyata betul bagian bawah vaginanya basah, karena Lud sudah hampir check in lalu kami berdua langsung pamit pulang dulu setelah dikecup bibirnya oleh Lud. Kami segera menuju mobil dan jok tempat istriku duduk dilembari dengan kertas koran, hampir sampai di rumah istriku mengeluh lagi, "Aduh Pi, maninya keluar lagi rasanya basah dan lengket semua pahaku. Cepat dikit Pi!" Kukebut terus dan sampai di rumah mobil kuparkir di tepi jalan dan istriku turun lalu menekan bel, setelah dibuka oleh pembantuku dan segera istriku masuk ke kamar utama kita dan masuk ke kamar mandi dalam tanpa ditutup pintunya. Karena anakku sedang tidur di kamarnya, aku langsung masuk ke kamar utamaku, kulihat istriku lagi melepas rok mininya lalu duduk di closet.

Melihat aku datang, istriku bilang, "Papi sini lho, lihat Pi pahaku kena cendol maninya Lud dan itu keluar terus banyak." Kulihat paha istriku dan bulu kemaluannya basah kena mani dan dari lubang vaginanya keluar jatuh mani Lud yang seperti cendol itu. Melihat itu aku malah jadi nafsu, penisku jadi tegang, terpaksa aku melepas semua pakaianku. "Papi pasti tegang toch kalau lihat vaginaku belepotan mani begini", kata istriku sambil mulai memegang penisku. Lalu kutarik lepas kaos istriku. "BH-nya jangan dulu ya supaya Papi lebih terangsang kalau Papi mainan payudara Mami!" kata istriku. Istriku bilang kalau tadi malam sampai pagi tadi dia disemprot mani Lud sampai 7 kali, yaitu jam 8 malam saat bareng dengan saya, jam 11 malam saat main saya nonton TV, jam 1 tengah malam waktu main di kamar saya, jam 3 fajar waktu penis Lud tegang sendiri, jam 6 pagi sehabis saya nyemprot ke mulutnya, jam 8 pagi saat di dalam kamar mandi dan jam 10 pagi waktu mau pulang. "Hebatnya Lud itu sejak dari awal sampai yang terakhir semprotannya keras terus dan kental serta hangatnya dan banyaknya sama, maka dari itu rasanya penuh dalam perutku tadi sampai suatu saat kutekan perutku dan mulai keluar terus maninya", kata istriku. "Mi, kalau sudah habis cuci dulu vaginanya, aku sudah nggak tahan nih."

Istriku buru-buru mencucinya dan mengeringkan dengan handuk, lalu kuangkat dia dan kuletakkan di atas tempat tidur. Tanpa tunggu macam-macam aku segera menaiki istriku dan kutancapkan penisku ke vaginanya. "Wah Mi, vaginamu masih seret juga buat penisku, kukira jadi longgar kemasukkan penis gedenya Lud", kataku. Istriku lalu cerita, "Waktu penis Lud ditanam semalam suntuk dalam vaginaku, begitu mulai kurang tegangnya vaginaku kumulai renggangkan sehingga sampai kepalanya saja yang nyantol di bibir vaginaku dengan maksud supaya jangan sampai longgar liangnya. Apalagi Lud selalu pakai cincin bulu kuda itu kalau di dalam banget geli rasanya kalau goyang sedikit, kalau di luar kurang geli sebab yang kena cuma bibir vagina saja. Kalau mainnya Papi dan Lud sama saja, hanya Lud kalau sudah nafsu banget agak kasar mainnya, lain dengan Papi tetap semangat tapi mesra. Hanya Papi punya kalah besar dan panjangnya saja, tapi Mami mau belikan alat yang bisa buat memperbesar dan memperpanjang penis, tiap pagi nanti Mami yang melakukannya supaya punya Papi bisa jadi panjang dan besar. Memang saat Lud mau menyemprot, Mami selalu tekan pantat Mami ke atas supaya penisnya bisa amblas masuk semua sebab kalau nyemprotnya di dalam rasanya hangat, nikmat dan nikmat. Papi punya kalau nyemprotnya keras dan kebetulan maninya agak encer juga bisa langsung kena mulut rahimku jadi hangatnya nikmat Pi."

"Pi ini lho selain leher buah dadaku juga dicupang oleh Lud, tapi nanti Mami gosok dengan minyak kayu putih supaya cepat hilang", kata istiku sambil melihatkan buah dadanya yang dicupang.

Mendengar cerita istriku itu aku semakin menggebu mengangkat turunnya pantat dan segera hak BH istriku yang terletak di bagian depan itu kubuka hingga buah dadanya yang semakin kencang itu tak tertutup lagi yang sebelah kuremas dan yang sebelah kukecupi dan kugigit-gigit putingnya. "Aduuh Pi, nikmat banget Pi, aku sudah kangen dengan penisnya Papi sejak Papi minta tadi malam, masih seret ya Pi, aku masih merasakan seret gesekan penisnya Papi. Pi mau keluar ya? kok sudah anget banget penisnya?" tanya istriku. Benar juga tak lama lagi creett.. creett, maniku menyemprot. "Waah.. maninya Papi nyemprot ke dalam, sebab semprotannya keras tapi agak encer. Bisa jadi satu dengan Lud punya nih!" kata istriku. Karena capai kami berdua tiduran tapi akhirnya tertidur juga.

TAMAT

Aku, istriku dan temanku - 2

Selesai itu lalu Lud tidur dan istriku diminta menungging agak di bawahnya sehingga mulutnya pas depan penisnya dan aku diminta mengerjakan vaginanya dengan penisku. Saat menungging kelihatan buah dada istriku menggantung bebas dan langsung saja ditangkap dengan kedua tangan Lud dan terus diremas-remas. Istriku tanpa komando langsung mencaplok penis Lud yang mulai agak tegang dan mempermainkannya dengan mulut dan lidahnya. Lubang penisku dibuka-buka dengan ujung lidahnya dan kadang-kadang dikocok naik turun dengan mulutnya sehingga Lud mengerang nikmat. Aku sendiri langsung tegang keras dan terus kuhunjamkan maju mundur ke vaginanya. Mendapat dua penis yang sekaligus mengisi lubang atas dan bawah apalagi yang satu gede sekali istriku tampak bernafsu sekali, nafasnya kelihatan terus memburu sedang vaginanya mulai keluar santannya dan kental sekali. Kulihat istriku kadang-kadang tak menghisap penis Lud tapi memepetkan buah dadanya kepenis Lud dan ditaruhnya di belahan buah dadanya dan digosok-gosok dengan buah dadanya.

Melihat itu lalu kupegang pantat istriku dan langsung kugoyangkan maju mundur sehingga sekaligus buah dadanya bisa menggosok-gosok penis Lud dan vaginanya mengocok penisku. Praktis kami laki-laki berdua diam hanya dengan goyangan pada pantatnya sudah membuat nikmat penis dua laki-laki dan kulihat vaginanya makin banyak dengan santan kental yang berwarna putih seperti susu. Aku bilang, "Waduuh Lud, santannya Hwa mulai keluar dan kental sekali Lud". Langsung dia bilang, "Aku juga tegang banget penisku disedot-sedot dan dipermainkan lubangnya oleh Hwa, ayo kita ganti posisi." Temanku usul supaya istriku jangan capai sebab masih terus akan dikerjakan semalam suntuk, maka istriku disuruh yang tidur tapi pantatnya di ujung bawah kasur hingga kakinya bisa menapak ke lantai. Temanku nanti akan menancapkan vaginanya dari bawah sambil memegang dan membentangkan kaki istriku. Dan aku yang bertugas mengisi mulut atas dengan penisku dengan jongkok tepat di atas buah dadanya sehingga penisku tepat di hadapan mulutnya.

Penisku juga langsung dicaplok oleh Hwa yang sudah memuncak nafsunya, baru beberapa saat Hwa melepas penisku dan mengaduh, "aachh.. Lud!" Aku melongok ke belakang ternyata Lud masih sibuk mau memasukkan penisnya sebab belum bisa masuk, yaah karena kelewat besar bendolan kepala penisnya saat tegang banget itu kira-kira ada 5 cm diameternya. "Sulit banget An masuknya coba kuberi minyak sedikit dulu", katanya. "Masak toch padahal sudah kumasukan penisku dan sudah ada santannya lho", sahutku. Lalu temanku ambil botol kecil isi minyak dan dioleskan kepala penisnya dengan minyak lalu dia mengambil semacam longsong dari karet dengan bagian dinding luarnya penuh bulu dari karet kira-kira panjangnya 1 cm. Longsong itu lebarnya kira-kira 10 cm.

Kemudian dipakaikan ke penisnya hingga batang penisnya sebagian tertutup dengan longsong berbulu itu. "Ini supaya Hwa mendapat kenikmatan yang lebih hebat. Mau coba ya Hwa?" katanya sambil ditunjukkan ke istriku penisnya yang sudah gede dan panjang lagi hitam itu dilongsongi dengan gelang karet putih berbulu itu sehingga benar-benar menakjubkan kelihatannya. Istriku bilang, "Waah kayak apa rasanya nanti Lud, aku belum bisa membayangkan. Tapi pokoknya habisi ya Lud air mani dan santanku!"
"Oke" sahutnya. Lalu Lud mengangkat dan mementang lagi kaki istriku dan ujung penisnya ditempelkan tepat di lubang vagina istriku yang mulai menganga itu dan disentakkan ke dalam. "aacch.. Lud, masuk Lud penismu", kata istriku. Memang kepala penisnya Lud sudah masuk lalu digoyang-goyangkan keluar masuk pelan-pelan kepala penisnya supaya agak terbiasa. "Waduh Lud, Pi, rasanya seret sekali bibir vaginaku bisa merasakan bentuk penismu Lud", kata istriku sambil matanya terpejam dan menggigit bibir. Setelah itu baru dimasukkan seluruh batang penisnya yang tertutup gelang bulu itu pelan-pelan.

Setelah terbenam semuanya, istriku mendesis lagi, "Aduh Pi, penis Lud mentok sampai dalam kepalanya rasanya menyodok mulut rahimku. Enaaknya luar biasa dan gelinya juga hebat kena gelang bulu itu", dengan penis tetap terbenam penuh Lud mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun bergantian dengan kiri-kanan, sehingga penisnya menyapu seluruh dinding vagina istriku. Tangan istriku mulai meremas kain sprei dan minta penisku untuk dihisapnya. Penisku juga dipermainkan dengan lidah, lubangnya dibuka-buka dengan lidah, enaknya luar biasa. Aku sambil melihat ke belakang, kulihat penis Lud mulai digoyangkan keluar masuk sehingga bulu karetnya menyentuh clit-nya juga dan terlihat bulunya banyak santan istriku yang menempel. Setelah gampang masuk keluar penisnya, maka kaki istriku disuruh membuka dengan telapak kakinya manjat di pinggir kasur sehingga tangan Lud langsung meremas buah dada yang ada di bawah pantatku.

Baru 3 menit jalan adegan ini, istriku sudah mengaduh, "Aah.. aah, aku mau klimaks, Lud, Pi!" Benar juga sekejap lagi istriku tampak lemas sehingga menghisapnya kendor dan Lud berkata, "Gila An, pijatan vagina istrimu kuat sekali di penisku." Memang kalau klimaks istriku vaginanya memijit penis dengan kuat dan nikmat rasanya. Setelah agak kuat, istriku bilang, "Pi, Lud tolong semprotkan semua manimu ya, aku sudah pengin hangatnya manimu sekalian." Aku tanya pada istriku, "Mi, gimana? Mami nikmat dan puas keinginan Mami untuk merasakan 2 penis sekaligus terlaksana?"
"Ya Pi, Mami puas banget dan memang enaknya dan grengnya luar biasa sekaligus melihat, memegang dan menikmati 2 penis, apalagi ada yang gede-gede. Mami jadi kepingin terus", sahutnya. Lalu Lud sudah mulai menggenjot lagi vagina Hwa dengan penisnya dan penisku dihisap lagi sambil dibantu dikocok dengan tangan. Setelah 5 menit lagi, istriku mencapai klimaks lagi. Lalu temanku bilang, "Ayo An, sekarang kita puaskan Hwa dengan semprotan mani secara berbarengan."

Lud mulai menggerakan lagi keluar masuk dan kadang memutar sehingga istriku sering menggelinjang tubuhnya dan penisku mulai dihisap lagi sambil kadang-kadang dikocok dengan tangan, sedang buah dada istriku tetap menjadi bagian dari tangan Lud yang tak bosan-bosan meremas-remasnya. Makin lama Lud semakin cepat dan semakin keras menghunjamkan penisnya ke vagina Hwa dan mulai mendengus-dengus seperti sapi. Melihat itu akan jadi memuncak nafsuku dengan penis terus dikocok oleh istriku maka air maniku tak tertahan lagi, creet.. creet.. cret, maniku menyemprot masuk ke mulut istriku. Karena seminggu tak bersetubuh maka maniku banyak serta kental juga sehingga mulut istriku penuh dengan mani yang putih seperti cendol itu. Lalu penisku kukeluarkan dari mulutnya dan mani yang masih menetes dari lubang penisku kugeser-geserkan ke bibir istriku dan langsung ditelan semua maniku. Baru saja habis menelan maniku terdengar suara mengaduh dari temanku, "Uuuh.. uuhh.. uuhh", sambil menekankan kuat-kuat penisnya yang terbenam itu ke vagina istriku. Dan tiap kali Lud mengaduh istriku pun ikut mengaduh, "aah Lud.. aahh Lud.. aah Lud." Jadi rupanya tiap kali semprotan mani Lud terasa sekali nikmatnya oleh istriku. Aku lalu rebah tidur sebelah istriku dan temanku juga langsung rebah menindih tubuh istriku.

Walaupun dengan nafas yang masih memburu tangan temanku tetap masih meremas buah dada Hwa. Kemudian tubuh Lud dipeluk erat oleh istriku dan kakinya pun dilipatkan erat-erat ke pantat Lud dengan maksud agar penisnya jangan buru-buru dicabut dari vaginanya. Kira-kira sampai 5 menit kita bertiga terdiam tanpa kata-kata hanya dengan nafas tersengal-sengal, baru kemudian aku turun menuju kamar mandi untuk cuci dan ternyata Lud dengan merangkul istriku juga ikut ke kamar mandi untuk cuci bersama. Untuk mencuci penis-penis, istriku yang bertugas karena kepunyaan Lud yang banyak belepotan santan dari mani istriku maka penisnya yang dicuci dulu. Kulihat dari vagina Hwa meleleh sedikit mani yang keluar ke pahanya dan kulihat bibir vaginanya memerah.

Istriku bilang, "Ya Pi bibir vaginaku merah? Itu gara-gara penis temanmu itu toch yang seretnya bukan main mulai dari bibir vagina sampai dinding dalam vagina seret terus, sehingga vaginaku bisa merasakan lekuk-lekuk penis Lud."
"Tapi nikmat dan nikmat toch sayang?" balas Lud. Istriku tertawa tanda setuju, sambil terus mencuci penis Lud dan kemudian penisku. Setelah itu giliran istriku vaginanya mau dicuci oleh tamanku, istriku duduk di closet dengan kaki terbuka lebar kemudian vaginanya dicuci dan jari tengahnya dimasukkan pelan-pelan untuk mengambil mani yang menempel di dalam dan ternyata ada sedikit dan ditunjukkan ke istriku. Istriku bilang,
"Wah Pi, maninya Lud ngendon dalam vaginaku nih sebab tadi semprotannya banyak dan sampai tiga kali tapi yang keluar sedikit sekali. Mungkin masuk ke rahim sebab dalam perutku masih terasa hangat dan saat nyemprot ujung lubangnya benar-benar disodokkan sampai rasanya masuk lubang rahimku. Gimana ya Pi?"
"Biarin saja lama-lama kan keluar sendiri, sekarang dikeluarkan percuma nanti malam kamu kan masih akan disemprot lagi."
"Bukan malam ini saja mungkin sampai besok pagi akan kusemprotkan sampai habis maniku ke vaginamu", sahut Lud. Istriku menjawab,
"Betul Lud, kamu biar kembali ke rumah dengan tempat yang kosong jadi manimu 2 hari ini harus dihabiskan sampai tuntas."

Setelah selesai mencuci, kita bertiga dengan berbugil ria duduk di sofa sambil makan kacang mete dan nonton TV. Temanku berkata,
"An, kamu beruntung sekali punya istri dia, walaupun sudah setengah baya dan punya anak tapi buah dadanya masih berdiri menantang tidak jatuh, juga perut dan pahanya mulus sekali tidak keriput, siapa yang tak tegang terus lihat tubuh seindah ini. Apalagi hisapannya juga yahut, kalau jadi istriku tiap hari bisa kusetubuhi minimum 2 kali! Istriku berbisik padaku,
"Sudah kesampaian keinginanku untuk melayani nafsu birahi 2 laki-laki sekaligus dan ternyata memang tambah besar nafsunya serta nikmatnya pun tambah. Oya Pi, malam ini aku tak tidur dengan Lud ya, aku akan melayani Lud untuk menyalurkan nafsu sexnya sepuas-puasnya supaya tak kecewa kalau balik ke Jakarta." Aku menjawab,
"Boleh saja, Lud malam ini Hwa biar melayani kamu supaya kamu bisa melampiaskan semua nafsu binatangmu padanya."
"Memang sejak aku makan sate kambing, aku sudah minta supaya dia malam ini dan besok pagi melayani nafsu binatangku", kata Lud.

Kemudian istriku minta tiduran, kepalanya di pangkuan Lud sedang pahanya di pangkuanku sambil tangannya memegang-megang penis Lud lalu digosokan ke pipinya dan diciuminya. Tangan Lud diletakkan di buah dada istriku sambil mengusap, meremas dan kadang menunduk untuk mengecup bibir istriku. Dia kalau mengecup sampai lama hingga istriku sampai sulit bernapas dan minta dilepas kecupannya. Sedang bagianku adalah mempermainkan clit-nya dan memasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya dan penisku sambil digesek-gesek dengan betisnya. Lud kadang-kadang memeluk tubuh istriku dan kemudian menciumi pipi dan mengecup kening dan bibir istriku dan tangan istriku pun mengusap-usap dadanya yang berbulu itu.

Kemudian Lud berkata padaku, "An, sebenarnya aku sudah lama tiap kali bertemu dengan Hwa, aku kepingin menikmati tubuhnya dan malam ini jadi kenyataan. Untuk itu malam ini istrimu kupinjam untuk menemani tidur sebab aku akan melampiaskan seluruh nafsu binatangku pada Hwa dan penisku akan kusimpan dalam vaginanya sepanjang malam. Aku akan memberikan kenikmatan dan kepuasan yang tak terkira pada Hwa."
"Boleh Lud, malam ini istriku biar melayanimu agar kamu benar-benar puas", sahutku.
"Tapi kalau nanti malam Papi butuh ya Papi ikut masuk saja sebab Mami tetap akan melayani Papi juga malam ini, untuk itu nanti pintu kamarnya biar terbuka saja jadi Papi dapat lihat dan dapat masuk ikut juga", kata istriku. Setelah itu Lud bertanya pada istriku,
"Apakah kamu sudah fit lagi untuk main?" Istriku menjawab,
"Aku selalu siap setiap saat untuk melayanimu dan Papi. Malam ini aku benar-benar sehat makin mendapat semprotan mani semakin sehat rasanya, sebab manimu tadi yang keluar hanya sedikit lainnya masih berada di dalam rasanya masih hangat di dalam perutku, Lud." Setelah itu Lud berdiri sambil membopong istriku dibawa masuk ke kamar dan ditidurkannya. Lud memanggilku untuk menemani istriku dulu karena dia akan ke toilet dulu, kesempatan itu kupakai untuk mencium dan mengecup bibirnya dan mengulangi pesanku,
"Mi jangan lupa kalau maninya lud disemprotkan ke dalam mulut hati-hati jangan sampai tertelan dan jangan mau kalau penisnya dimasukkan ke dalam lubang anusmu!"
"Iya Pi, akan kuingat terus pesan Papi", sahut istriku.
"Selamat menikmati penisnya Lud yang gede ya Mi, nanti Papi diberi ceritanya ya!" kataku. Saat itu Lud sudah balik masuk kamar dan aku duduk lagi di ruang TV sambil menonton juga mau menonton adegan permainan Lud dengan istriku karena pintu kamarnya terbuka.

Lud naik ke tempat tidur dengan posisi di atas istriku, kemudian dadanya yang penuh bulu digesek-gesekkan ke buah dada istriku sehingga istriku menggelinjang kegelian dan terus digesekkan ke bawah yaitu perut, dan vaginanya. Setelah itu Lud naik lagi lalu mulai menciumi kening hidung dan pipi dari istriku lalu mencium telinga istriku dengan mengeluarkan lidahnya untuk mengorek lubang telinga istriku sampai istriku meronta karena geli dan tangan istriku segera meraih penisnya yang selama ini menggelantung dan ujungnya menggesek-gesek paha istriku. Segera dipijit-pijitnya penis Lud dan kadang-kadang dikocok juga serta kantung buah pelirnya diremas-remas juga. Hal itu membuat Lud lebih ganas dia segera mencucupi puting buah dada istriku sambil tangannya meremas-remas buah dadanya dengan harapan ada air susu yang keluar.

Tapi walaupun buah dada istriku montok tak keluar air susunya kalau diperas. Penisnya dipermainkan oleh istriku tampak tegang dan panjang banget, lalu Lud mengambil posisi gaya 69, hingga mulutnya pas di vagina dan penisnya tepat di wajah istriku. Keduanya yang langsung beraksi, penisnya yang gede segera dijilati dan dilumat dengan lidah seluruh bagian kepalanya yang nampak gempel besar itu sambil batang penisnya dipijit terus oleh istriku dan dia terus mencucup clit dan lubang vagina istriku. Kurang lebih 10 menit adegan ini lalu gantian Lud yang tidur dan istriku yang duduk di atas penisnya tepat dengan vaginanya. Kepala penisnya dimasukkan ke dalam vagina istriku lalu mulai diputar pantatnya sehingga penisnya berputar dengan dipegang bibir vagina istriku sedang tangan Lud tetap meremas buah dada istriku.

Kira-kira sudah 10 menit lewat mani Lud tetap belum menyemprot dan istriku juga belum klimaks, lalu oleh istriku mulai digoyang naik turun pantatnya kadang-kadang pelan kadang-kadang cepat sehingga penisnya keluar masuk vagina seperti dikocok dengan vagina. Dengan posisi ini baru 5 menit istriku klimaks dan dia diam terduduk di atas penis Lud dengan vaginanya memijit penis. Setelah fit lagi digoyang lagi sampai klimaks lagi istriku. Akhirnya istriku menarik Lud untuk duduk dan istriku tetap duduk di penisnya dan kakinya diselonjorkan di antara tubuh Lud. Lalu Lud yang ganti menggoyangkan pantat istriku maju mundur sambil kadang-kadang istriku ditidurkan ke belakang dan Lud tetap mendekapnya. Dalam waktu 15 menit dengan posisi ini istriku sudah mengerang karena klimaks sampai 2 kali.

Bersambung...